Senin, 27 Desember 2010

Kemasan Sebagai Media Promosi



Kemasan selain berfungsi sebagai sarana untuk melindungi produk, juga dapat berfungsi sebagai daya tarik untuk menarik konsumen agar memilih produk tersebut dibandingkan dengan produk pesaing. Karena itulah kini, produsen berupaya untuk dapat membuat tampilan kemasan yang semenarik mungkin.

Penggunaan kemasan sebagai sarana untuk menginformasikan program promo atau menjadi bagian dari program promosi juga sudah sering dilakukan pada berbagai kategori produk, baik itu makanan maupun toiletries. Pemanfaatan ini nampaknya kini, juga semakin sering dilakukan dilakukan oleh para produsen di kategori minuman.

Penggunaan karet tutup botol (crown) pada minuman kemasan beling yang dilakukan oleh Coca Cola dan Pepsi Cola beberapa tahun lalu, nampaknya juga menginspirasi para pemain minuman dalam berbagai format kemasan lainnya untuk melakukan promosi pada bagian kemasannya.

Gosok Gosok berhadiah yang dilakukan oleh Ale Ale dari Wingsfood bahkan dapat dikatakan menimbulkan Euphoria bagi konsumen Cup. Ale Ale melalui program itu, berhasil memastikan posisinya sebagai market leader di kategori minuman cup rasa buah, dan berhasil menyingkirkan Frutang Sang Pelopor di kategori ini. Program Gosok Gosok yang menjanjikan hadiah milyaran rupiah, dan berlangsung lebih dari 1 tahun itupun mulai diikuti oleh para pemain minuman cup lainnya. Namun pihak WIngsfood cukup cerdik dengan melakukan patent terhadap pemanfaatan mekanisme gosok gosok pada tutup luar kemasan tersebut, sehingga langkah imitasi dari competitor dapat diredam. Namun dengan demikian kini para kompetitor melakukan promosi dengan memanfaatkan tutup kemasan dalam. hal ini seperti yang dilakukan oleh Teh Gelas dari OTG.

Produk dalam kemasan PET juga seringkali memanfaatkan kemasan sebagai sarana promosi. Coca Cola tercatat juga pernah memanfaatkan labelnya sebagai entry untuk program promosi dengan hadiah yang luarbiasa. Sementara itu di kategori RTDT Nu Green Tea dari ABC president dan Zestea dari 2 Tang juga pernah melakukan promosi dengan hadiah uang tunai yang tertera dibalik tutup botolnya (under the cap).
Sementara itu teh Futami dari PT Futami food & Beverages, juga melakukan program promosi pada tutup botol dengan mekanisme yang agak rumit, yaitu mengumpulkan huruf huruf tertentu yangtertera di balik tutup botol, hingga tersusun menjadi kalimat tertentu.

Di pertengahan tahun 2010 ini, kita masih dapat melihat produk Z Porto dari PharmaWell- Surabaya, juga melakukan program Zuper Rejeki yang menjanjikan hadiah ratusan juta rupiah dibalik tutup botolnya.

Sukses tidaknya program promosi ini juga sangat bergantung pada berbagai hal antara lain : Awareness konsumen terhadap program terebut, kemenarikan hadiah yang diberikan, serta juga kemudahan mekanisme program tersebut.
Berbagai program promosi yang memanfaatkan kemasan telah banyak dilakukan di waktu lampau, tentunya hal ini dapat menjadi pelajaran bagi para pemasar minuman lainnya.

Kemasan Botol Mini Trend RTDT 2011

Minuman Ready To Drink Tea (RTDT) atau Teh Siap Minum dalam Kemasan nampaknya masih akan bertahan sebagai salah satu primadona dalam pasar miuman siap minum di Indonesia. Di tahun 2010 ini tercatat beberapa produk baru muncul di kategori ini dan hampir semuanya meluncurkannya di kategori botol plastic mini 250-300 ml.
Di tahun 2011, tentunya produk produk baru ini diharapkan akan memiliki kinerja yang lebih baik sejalan dengan perkembangan distribusi dan promosi dari masing masing brand.

Menurut catatan redaksi terdapat beberapa produk baru di pasar, yaitu :
Walini, dari PT. Perkebunan Nusantara VIII menampilkan Teh Peko Green Tea dan Peko Black Tea. Komunikasi pemasaran produk ini dapat kita lihat melalui iklan TV yang menampilkan Tika Pengabean dari Project Pop serta pemasangan panel pada kendaraan umum. Produk ini mengklaim menggunakan pucuk daun teh berkualitas. Dikemas dalam kemasan PET 300 ml dengan design kemasan yang cukup menarik.

Teh rasa belimbing (starfruit tea) dari Mountea. Sebenarnya produk ini sempat diluncurkan ke pasar pada tahun 2009 lalu, namun sempat menghilang dari pasar. Kini produk tersebut dapat ditemukan di berbagai gerai pasar modern ataupun tradisional. Dikemas dalam kemasan plastic non PET dengan volume 330 ml.

C2 dari Universal Ribena Corporation, juga terlihat meluncurkan produk mini PET dengan volume 250 ml. Perusahaan asal Philipina ini nampaknya masih terus berupaya untuk mendapatkan market share di kategori ini, setelah sebelumnya secara besar besaran di tahun 2007-2008 mencoba masuk pasar RTDT dengan produk volume 300 dan 500 ml.

Disisi lain, Sang raja teh Indonesia, PT. Sinar Sosoro di penghujung tahun 2010, Nampak tak mau ketinggalan untuk bertempur di kategori ini, terlihat juga dengan meluncurkan produk Joy Tea green tea dalam kemasan 300 ml.

Sementara itu raksasa makanan dan minuman Indonesia lainnya, yaitu Wingsfood, juga meluncurkan Rio, minuman the dalam kemasan Cup dengan volume 200 ml. Setelah sukses dengan Ale Ale di kategori Fruit flavor cupdrink, kini Wingsfood akan mencoba peruntungan di kategori cup RTDT yang sebelumnya telah masuki oleh The Gelas dari Orang Tua Group, Tekita dari Pepsi Cola serta Mountea dari garudafood. Masuknya Wingsfood di kategori the Cup tentunya akan semakin menyemarakkan suasana kompetisi mengingat besarnya budget periklanan yang dimiliki oleh wingsfood.

dengan demikian, nampaknya di tahun 2011 pertempuran hebat akan terjadi di jenis one way packaging, karena konsumen akan semakin memiliki banyak pilihan. Melihat kepraktisannya, kemasan jenis botol plastic mini tentunya akan menjadi pilihan bagi konsumen yang bersifat mobile. Dengan volume yang sekali minum ini yang tentunya akan berimbas pada harga yang terjangkau, diharapkan akan dapat menjangkau pasar menengah atas. Bila ini terjadi maka produk RTDT dalam kemasan botol plastic mini ini akan dapat menjadi ancaman bagi pemain RTDT dalam kemasan botol beling.

#coachjulinugroho #beveragessolutions #solusicerdasinsani,

Selasa, 21 Desember 2010

BIG, Minuman Berkarbonasi Dengan Harga Ekonomis



Produk minuman ringan berkarbonasi (carbonated soft drink) dengan merek BIG asal Negara Peru nampaknya semakin serius dalam memasuki pasar minuman di Indonesia. Konon produk ini memulai persiapannya untuk memasuki pasar Indonesia sejak bulan Agustus 2010. Di bulan Desember ini, kita dapat melihat iklan TV Big Cola di layar kaca. Iklan dengan tema sepakbola Inggris ini menjadi tema utama iklan tersebut. Memang di label minuman BIG dengan rasa Cola bahkan tercantum Logo sepakbola tim nasional Inggris…dan tagline besar Big Cola be England.

Meskipun produk ini masih jarang terlihat di pasar, namun secara sporadis masih dapat ditemui di sekitar Bogor, Tangerang dan Bekasi. Nampaknya mereka mencoba mendistribusikan minuman melalui area pinngiran kota, baru memasuki pusat kota.
Nampaknya produsen yang memproduksi produknya ini di Cikarang cukup serius dalam meluncurkan produknya. Hal ini terlihat dengan lengkapnya varian minuman karbonasi tersebut mulai dari rasa cola, rasa orange, rasa strawberry hingga rasa lime. Secara tidak langsung mereka akan mencoba mengambil market share minuman karbonasi dari Coca Cola, Pepsi, Fanta maupun Sprite.

Selain itu dengan menawarkan volume yang lebih banyak ketimbang pesaing yaitu dengan 535 ml, mereka juga menawarkan produk dengan harga yang “sangat murah” untuk kategori minuman ringan berkarbonasi yaitu hanya Rp. 3000 per botol. Bandingkan dengan minuman Coke Cola dengan volume hanya 350 ml namun dijual dengan harga berkisar antara Rp. 4000-5000.Sedangkan yang memiliki Volume 500 ml dapat dijual dengan harga 5500-6500.
BIG nampaknya cukup berani menjual harga murah tersebut dengan mencantumkan harga jual yang tersebut dicantumkan dalam setiap label produknya.

Secara rasa, rasa minuman Cola juga tak kalah bersaing dengan produk Cola lainnya, hanya saja menurut redaksi, rasa manis minuman ini kurang begitu terasa, namun hal ini mungkin menjadi kabar gembira bagi para pecinta Cola yang memang tak begitu menyukai rasa manis yang berlebihan.

Kedepannya ada kemungkinan produsen minuman ini juga akan memasuki kategori juice, air mineral dan juga Teh siap minum (ready to drink tea).
Masuknya minuman baru tentunya akan semakin menyemarakkan pasar minuman di Indonesia, semoga saja mereka dapat bertahan dalam menghadapi gempuran raksasa minuman berkarbonasi Indonesia seperti Coca Cola Amatil dan Pepsi Cola Indobev. Karena banyak produsen yang mencoba bermain di kategori ini, namun tak dapat bertahan lama, karena bisnis di kategori ini memerlukan investasi yang tak sedikit di bidang marketing dan distribusi.

Senin, 20 September 2010

Maraknya Minuman Susu Cair Dengan Harga Ekonomis



Dua Tahun belakangan ini, persaingan di bisnis minuman susu cair semakin marak. Langkah inovatif yang dilakukan oleh Real Good dengan kemasan susu bantalnya yang ekonomis nampaknya berhasil menggenjot pasar susu yang terkesan tak berkembang selama beberapa tahun itu. Dalam gebrakannya kala itu, susu Real Good yang diproduksi oleh PT. Greenfields Indonesia meluncurkan suatu produk yang dikemas dalam kemasan tetra yang bentuknya menyerupai bentuk bantal. Kemasan ini diproduksi oleh Tetra Pak. Jenis kemasan ini disebut sebagai Tetra Fino. Konon karena harganya jauh lebih ekonomis ketimbang jenis kemasan tetra lainnya, seperti Tetra Brik (kemasan kotak) ataupun Terta Wedges (kemasan genggam), maka produk yang dikemas dalam kemasan ini memungkinkan untuk dijual dengan harga lebih ekonomis ketimbang kedua kemasan Tetra lainnya.

Langkah Real Good yang cukup cerdik ini tentunya membuat para pemain lama di bisnis susu cair tak tinggal diam. Dalam hitungan beberapa bulan saja, PT. Ultrajaya Milk Industry, juga meluncurkan susu yang dikemas dalam bentuk kemasan yang sama, yang diberi brand sebagai Susu Sehat. Pemain sus cair lain yang berasal dari Belanda yaitu Susu Bendera (Frisian Flag) pun tak tinggal diam, melalui second brandnya, yaitu Yes!, juga meluncurkan produk yang sama. Hanya Indomilk yang nampaknya masih enggan untuk terjun ke bisnis susu dengan kemasan Tetra Fino ini.

Selain kemasan, tentunya berat bersih produk juga memegang peranan penting dalam masalah penetapan harga. Karena itu, ketiga produsen ini, hanya memuat volume dibawah 200 ml. Hanya Susu Sehat dari Ultrajaya saja yang menawarkan on pack promotion berupa tambahan 10% dari beras bersih yang 180 ml. Beberapa saat lalu, bahkan Real Good secara spektakuler juga meluncurkan kemasan bantal mini yang hanya memiliki berat bersih hanya 90 ml dengan HET dibawah Rp. 1000.

Mengingat susu identik dengan Gizi, baik Real Good, Susu Sehat dan Yes!, ketiganya mengklaim produk susunya mengandung Zat Mineral dan Vitamin yang ditampilkan melalui icon di panel depan kemasannya. Dalam kemasannya itu, nampak Real Good yang paling dominan mengklain kandungan gizinya itu dalam bentuk icon yang besar dengan tulisan yang mencolok. Namun demikian tidak semua produsen menggunakan susu tersebut menggunakan gula asli sebagai pemanisnya, ada yang menggunakan pemanis buatan berupa Asesulfam K.

Semoga dengan semakin maraknya bisnis susu cair ekonomis ini, akan membuat semakin banyak anak Indonesia yang dapat menikmati produk susu dan susu tidak lagi menjadi minuman sehat bagi hanya anak anak kelas menengah atas saja.

Rabu, 01 September 2010

Sekilas Minuman Rootbeer



Kesan awal bila kita mendengar kata Rootbeer mungkin kita akan mengira bahwa nama itu merupakan salah satu jenis bir. Memang konon penamaannya demikian karena pada awal awal munculnya minuman ini memang mengandung alkohol. Ada pula yang menyatakan bahwa meskipun minuman ini tak mengandung alkohol, namun saat dituangkan seringkali mengandung buih yang banyak seperti layaknya minuman bir, sehingga dinamakan rootbeer

Rootbeer merupakan minuman yang dibuat dari ekstraksi akar tanaman sasafras. Di berbagai negara jenis tanaman yang menonjol sebagai bahan pembuat rootbeer adalah sarsaparilla, hingga ada juga yang menamai produk ini sebagai minuman rasa sarsaparilla.

Di Amerika, jenis minuman ini sangatlah populer, konon terdapat ratusan merek produk rootbeer. Namun yang sangat populer antara lain A&W, Barq rootbeer, Mug serta Dads Rootbeer.

Sementara itu, di Indonesia minuman ini dapat dikatakan kalah populer bila dibandingkan dengan minuman berkarbonasi dengan rasa cola ataupun rasa buah buahan. Peta minuman rootbeer di Indonesia saat ini masih dikuasai oleh merek A&W yang dimiliki oleh Schweppes Holding Limited dan diproduksi oleh Coca Cola Bottling Indonesia. Uniknya merek A&W dalam kemasan kaleng itu tidak sedikitpun mengklaim sebagai minuman rootbeer, tetapi mereka hanya menjelaskan sebagai minuman rasa Sarsaparila. Hal serupa juga dilakukan oleh pemain rootbeer asal Singapura yaitu F&N, yang di Indonesia menggandeng PT. Polari Limonusa sebagai prinsipal atas merek tersebut. Penggunaan kata Sarsaparila atau Sarsi, konon dimaksudkan sebagai strategi agar mendapatkan label halal. Konon bilamana menggunakan kata rootbeer yang berkonotasi sebagai bir, maka logo halal tak akan dikucurkan oleh MUI.

Pemain lain yang masih eksis antara lain : Navika beverages dengan mereka Navika Rootbeer dan PT. Kreasi Mas Indah yang cukup unik jg meyediakan produk dalam kemasan botol beling kecil. Beberapa tahun lalu merek Mirinda dari Pepsi Indonesia juga sempat memiliki Mirinda Rootbery, namun saat ini sudah tidak kelihatan ada di pasar

Visual Selebritis Dalam Kemasan Minuman



Dalam artikel sebelumnya, kita telah pernah membahas peranan selebritis dalam bisnis minuman, kali ini kita akan mengupas lebih lanjut mengenai Penggunaan visual selebritis dalam kemasan minuman.

Dengan semakin berkembangnya teknologi printing baik di mesin printing untuk kemasan kaleng, kemasan plastik pembungkus (wrapper), semacam sleeve ataupun kemasan cup, maka kreativitas para marketer dalam membuat design atraktif akan semakin terbuka lebar.

Penampilan visual selebritis dalam kemasan tentunya akan membuat penampilan produk akan semakin menarik. Diharapkan dengan adanya visual ini bukan hanya akan mengasosiasikan produk dengan sang selebritis, tetapi juga akan memiliki Value yang lebih tinggi. Selain itu, diharapkan juga akan mendorong konsumen untuk mengkoleksi kemasan ini secara lengkap, bilamana visual kemasan lebih dari satu, karena biasanya kemasan edisi selebritis hanya akan diproduksi dalam jangka waktu tertentu saja.

Didalam kategori minuman ringan berkabonasi, kedua pemain cola besar dunia, seperti Pepsi Cola dan Coca Cola termasuk sering menampilkan selebritis dalam kemasanya. Kedua brand yang ditujukan bagi pasar kawula muda itu, paham betul bahwa mereka harus selalu menampilkan kedinamisan dalam kemasannya. Kedua pemain Cola itu seolah bersaing dalam menggunakan selebritis sebagai endorser bagi brandnya. Di berbagai negara seperti misalnya di negara begara Eropa dan Thailand, keduanya nampakn berlomba dalam menampilkan kemasan dengan visual seleb, baik selebritis tingkat dunia maupun tingkat lokal. Selebritis yang ditampilkannyapun biasanya merupakan artis musik atau olahragawan (khususnya pemain sepakbola).

Di Indonesia, Coke sangat jarang menampilkan visual selebritis didalam kemasan , berbeda dengan apa yang terjadi di luar-negeri. Di Indonesia Coke tercatat pernah menampilkan visual pemain olahraga Indonesia yang memiliki prestasi dunia pada peringatan 50 tahun Indonesia merdeka. Coca Cola juga pernah menampilkan pemain sepakbola asal Ingris,Roney dalam kemasannya.
Sementara itu, Pepsi Cola Indonesia terlihat cukup rajin dalam mengeluarkan kemasan edisi selebritis, tidak satupun yang menampilkan selebritis lokal, semuanya selebritis global. Beberapa kemasan selebritis yang pernah diluncurkan Pepsi Cola di Indonesia antara lain kaleng dengan visual Grup musik Blue, Enrique Iglesias (penyanyi dan putra Julio Iglesias), David Beckham (2006) dan yang terbaru adalah penampilan Lampard pada masa world cup 2010.

Penampilan visual selebritis dalam kemasan, ternyata tidak hanya didominasi pemain minuman ringan berkarbonasi saja, tetapi juga terjadi pada minuman dalam kemasan cup.
Tercatat Brand Fruitamin secara terus menerus menampilkan selebritis sejak 3 tahun yang lalu. Tercatat, Fruitamin menampilkan Christian Sugiono dan Nia Ramadhani. Sementara itu Tekita yang dahulu tampil dalam kemasan botol besar 300 ml ini, kini juga menampilkan VJ Daniel dan Cathy Sharon dalam kemasan cup bervolume 200 ml. Kedua brand tersebut yang diproduksi oleh Pepsi Cola Indobeverages ini nampaknya sangat percaya bahwa penampilan selebritis dalam kemasan dapat mendongkrak penjualan produk produknya itu.
Sementara itu Teh Gelas dari Orang Tua Grup, lebih kurang tahun 2009 pernah meluncurkan kemasan dengan visual personil grup Changcuters. Berbeda dengan Tekita, Teh Gelas hanya menampilkan Changcuters untuk periode yang tidak terlalu lama.

Jumat, 13 Agustus 2010

Bisnis Printing Pada Minuman Kemasan Cup


Beberapa tahun belakangan ini, bila kita perhatikan tampilan minuman dalam kemasan cup semakin menarik. Kalau pada awal awal peluncurannya, minuman jenis ini hanya dikemas dalam kemasan cup polos yang transparan, kini penampilan mereka berubah dan dikemas dalam kemasan yang dicetak dengan aneka gambar yang menarik. Kemampuan mesin printing ini juga semakin baik, mereka tak lagi hanya menampilkan gambar gambar sederhana saja, tetapi juga sudah mampu menampilkan visual yang cukup kompleks, seperti gambar buah buahan ataupun wajah orang misalnya.

Berdasarkan pengamatan tim redaksi, saat ini di Indonesia terdapat beberapa jenis mesin, yaitu mesin yang berasal dari China (seperti yang diproduksi oleg Guangdong Longxing Pack Industry atau Rusan Litai Shantou Jinxin Machinery) ataupun mesin mesin yang diproduksi oleh negara negara di Eropa Barat seperti Polytype (Swiss), Vandam (Belanda) ataupun Omso (Itali). Beda produsen, tentunya akan beda hasil kualitas cetakan dan sudah pasti akan berbeda pula cost per piecesnya.

Saat ini di Indonesia banyak perusahaan produsen minuman cup papan atas, yang lebih mempercayakan printing /dekorasi cup polosnya pada mesin mesin dari negara negara Eropa Barat. Memang secara tekhnis mesin asal Eropa Barat memiliki kemampuan yang lebih bagus pada hasil cetakan. Hal ini antara lain disebabkan karena sistem cetakan mereka yang mampu menerima 6 hingga 9 warna (colourheads). Bahkan pada mesin mesin baru ada yang memiliki kemampuan untuk mengakomodir hingga 11 warna yang berbeda. Semakin banyak warna tentunya akan mampu menghasilkan tatanan warna yang semakin sempurna. Selain itu, konon para supplier cup printing yang menggunakan mesin asal Eropa ini, konon juga memasok film untuk plate /cetakan juga dari negeri eropa pula. Menurut mereka hasil film yang diproduksi di luar negeri jauh lebih tajam dan akurat ketimbang dengan hasil film yang dibuat supplier film di dalam negeri. Dengan film yang baik tentunya akan mempengaruhi kualitas gambar pada karet cetakan.

Dalam persaingan yang semakin ketat, kemasan memiliki peranan yang semakin penting dalam menarik minat konsumen....tidaklah mengherankan bila ada yang menyatakan bahwa kemasan yang bagus akan mampu untuk menjual dirinya sendiri. Semakin bagus tampilan kemasan akan semakin memudahkan untuk dijual (Good packaging is salesmanship in print). Tidaklah mengherankan bila pemain bisnis minuman seperti Fruitamin, Ale Ale maupun Teh Gelas, berupaya untuk semakin menyempurnakan tampilan kemasannya. Melihat hal ini, tentunya juga tak heran bilamana para supplier cup printing berupaya untuk memperbarui mesin mesin printingnya guna memenuhi kebutuhan klien kliennya tersebut.

Nah kini bagi para produsen minuman dalam kemasan cup tinggal memilih bagaimana design yang tepat untuk produknya, dengan kemampuan mesin cup printing saat ini, nampaknya mereka mampu untuk mengakomodir segala bentuk design.

Peranan Selebritis Dalam Iklan Minuman



Dalam ilmu komunikasi terdapat beberapa point penting yang erat kaitannya dengan si pembawa pesan yang harus diperhatikan oleh pengiklan sebelum melakukan kampanye periklanan. Point penting tersebut antara lain adalah menyangkut daya tarik sumber pesan (source of attractiveness) dan kredibilitas dari si pembawa pesan itu sendiri(source credibility). Saat ini tidaklah mengherankan bila banyak produsen yang mempercayakan selebritis sebagai penyampai pesan pada iklan produknya, karena menganggap bahwa selebritis memiliki daya tarik dan tingkat kredibilitas yang tinggi bagi penggemar maupun konsumen secara umum.

Faktor daya tarik merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan penyampaian pesan dari komunikator kepada audience. Audience seringkali mau menerima pesan dan bertindak sesuai dengan pesan komunikator bilamana ia memiliki ketertarikan terhadap si pembawa pesan yang antara lain meliputi ketertarikan karena kesamaan terhadap hal tertentu, ketertarikan karena keakraban (familiarity) ataupun karena ketertarikan secara fisik. Dalam suatu studi di tahun 1965 ditemukan bahwa komunikator yang memiliki fisik yang menarik lebih mudah menggugah pendapat dan sikap seseorang.

Daya tarik saja seringkali tak cukup, agar pesan sampai ke audience, juga diperlukan kredibilitas dari sumber pesan yang mencakup beberapa atribut personal seperti sikap, kompetensi dan personality.

Tidak semua artis dapat digunakan secara pas untuk mempromosikan suatu produk. Ada pertimbangan lain yang harus diperhatikan produsen, yaitu Brand personality dan target market dari produk itu sendiri, apakah berkesesuaian atau tidak.

Dalam industri minuman, penggunaan selebritis nampaknya sudah tidak asing lagi. Di kategori minuman ringan berkarbonasi, Pepsi Cola tercatat sebagai produsen yang secara aktif menggunakan selebritis dalam advertising campaignnya. Beberapa nama berikut pernah menjadi icon Pepsi dfalam iklannya antara lain : Michael Jackson, Lionel Richie, Cindy Crawford, David Beckham, Shakira, Brittney Spears, Enrique Iglesias, Blue, F4 biintang asal Taiwan, David Beckham dan selusin pemain bola dunia lainnya. Sementara itu Coke juga pernah menampilkan Christina Aguilera.

Bagaimana dengan penggunaan selebritis untuk industri minuman di Indonesia ? Di Indonesia sendiri Coke lebih agresif menggunakan selebritis lokal ketimbang pepsi-cola. Di tahun 2000an Coke pernah menggunakan Riff dan Sheila on 7.Sementara itu Frestea, produk teh keluaran Coca Cola juga menggunakan Tora Sudiro dan Aura Kasih. Tekita yang juga diproduksi oleh Pepsi Cola Indonesia juga tercatat aktif menggunakan selebritis dalam kampanye komunikasinya. Beberapa artis yang pernah digunakan Tekita antara lain Gigi dan Element. Sementara itu Pocari Sweat, juga tercatat pernah menggunakan bintang bulu tangkis Susi Susanti serta Grup musik Warna.

Bagaimana dengan minuman Cup yang saat ini sedang menjadi primadona minumanngaruhi oleh ang lebih mudah dipe di Indonesia ?
Ternyata kategori minuman dalam kemasan cup cukup aktif menggunakan selebritis untuk mempromosikan produknya. Mungkin karena produk ini ditujukan untuk masyarakat kelas bawah yang konon kabarnya lebih mudah untuk dipengaruhi oleh artis. Bila kita lihat hampir semua produsen besar minuman cup menggunakan selebritis dalam kampanye komunikasi pemasarannya.
Misalnya saja , Frutang pada awal masa peluncurannya sempat menggunakan bintang sinetron Irvan Hakim yang saat itu mampu mempopulerkan Frutang melalui iklan bertemakan Jingle, semua suka Frutang. Sementara itu, Ale Ale dari Wingsfood pada lauch campaignnya juga menggunakan bintang Extravaganza dan dalam campaign selanjutnya menggunakan Duo Maia.
Disisi lain Fruitamin produksi Pepsi Cola Indoverages juga tak mau ketinggalan melakukan kontrak dengan Nia Ramadhani dan Christian Sugiono. Namun belakangan terdengar issue bahwa mereka akan menggunakan Nikita Willy untuk mempromosikan produk barunya.
Sementara itu di kategori minuman teh dalam kemasan Cup, tercatat Tekita Cup menggunakan Eks VJ MYV Cathy Sharon dan host Indonesian Idol sebagai endorser. Sementara itu Teh Gelas dari Orang Tua juga tak mau ketinggalan menggunakan grup musik Changcuters dan belakangan ini beralih ke The Dance Company yang terdiri dari Nugie, Baim, Pongki dan Aryo. Bahkan Mountea yang konon sebagai market leader di kategori minuman teh dalam masa awal peluncurannya juga menggunakan artis komedi sebagai bintang iklannya, dan juga sempat menggunakan idola remaja Vierra.

Demikianlah daftar panjang penggunaan selebritis dalam industri minuman di Indonesia. Penggunaan selebritis tentunya dimaksudjkan untuk mempercepat terjadinya awareness, juga untuk mempengaruhi target market karena mereka dipercaya memiliki tingkat kemenarikan yang tinggi dan cukup memiliki kredibilitas untuk mengkomunikasikan benefit produk kepada konsumen. Bagaimana hasil penjualan sebagai dampak penggunaan para selebritis itu, tentunya hanya diketahui oleh pihak produsen, tetapi secara logis dapat dikatakan bilamana penjualan membludak, tentunya sang artis akan terus digunakan hingga periode tertentu.

Rabu, 14 Juli 2010

4 Alasan Utama Konsumen Memilih Suatu Produk Minuman


Berdasarkan berbagai riset mengenai minuman yang ditujukan bagi konsumen kelas menengah bawah yang tim kami jalankan, ada beberapa alasan utama konsumen memilih suatu produk minuman. Hal ini tentunya sangat penting untuk dipahami oleh pemain yang bergerak di industri minuman.
Ke 4 alasan utama itu adalah :
1. Rasa yang enak
2. Mudah Didapat
3. Harga terjangkau
4. Merek Cukup Populer/Ada Iklannya

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasa merupakan alasan utama konsumen untuk membeli suatu produk. Dapat dikatakan bahwa superioritas produk merupakan suatu alasan utama agar suatu produk minuan dibeli oleh konsumen. Faktor distribusi yang merata atau availability juga merupakan faktor yang penting. Karena seenak apapun suatu produk, bila distribusinya tak merata, maka konsumen akan kesulitan mencarinya. Menurut beberapa produsen minuman besar, mereka akan berusaha sekuat tenaga agar produknya dapat mencapai tingkat ketersediaan hingga 90% dari total outlet sehingga popularitas merek mereka dapat terjaga di mata konsumen.
Bagi kelas menengah bawah, ternyata harga juga memegang peranan yang cukup penting. Mereka tentunya hanya akan membeli produk yang terjangkau dengan kantong mereka.
Adakalanya alasan pembelian juga didasari atas popularitas merek atau adanya iklan yang ditayangkan di media televisi. Namun bila produk tersebut tak dibarengi oleh rasa yang mendukung, atau memiliki rasa yang enak, maka popularitas produk tersebut biasanya hanya seumur jagung. Konsumen hanya akan membelinya pada saat awal peluncurannya atau hanya sekedar trial semata.

Nah, bagi yang ingin terjun di bisnis minuman, semoga saja 4 hal diatas dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. karena riset membuktikan bahwa ke 4 hal diatas merupakan faktor penting dalam mekanisme pembelian konsumen.

Pasar Minuman di Vietnam


Vietnam sebagai negara berkembang, saat ini masih merupakan primadona bagi investor. Berbagai pengusaha manca negara berlomba lomba menanamkan investasinya disana. Beberapa produk Indonesia juga terlihat disana.
Sebagai negara yang masih muda, pasar minuman disanapun juga terus mengalami perkembangan yang pesat. Seperti di Indonesia, beragam kemasanpun dapat kita temukan disana, seperti kemasan botol beling (returnable glass bottle), kaleng, Tetra hingga PET dalam berbagai ukuran.
Meskipun AS secara resmi kalah dalam perang Vietnam, tetapi kita dapat dengan mudah menemukan produk AS disana. Mulai dari mobil hingga minuman. Pepsi Cola sebagai produsen minuman berkarbonasi nampaknya cukup sukses dalam menjalankan bisnisnya di Vietnam.
Sebut saja di Ho Chi Minh City (HCMC) yang dahulu dikenal sebagi Saigon, ibukota Vietnam Selatan, produk produk keluaran PepsiCo, seperti minuman berkarbonasi dengan merek Pepsi Cola, minuman energi dengan merek Stink, hingga air mineral dengan merek Aquafina dapat dengan mudah ditemukan disana, baik digerai tradisional maupun di Modern Trade. Tidak seperti di Indonesia, nampaknya di Vietnam , Pepsi Cola lebih mendominasi pasar minuman berkarbonasi ketimbang Coca Cola. Dominasi ini tak hanya pada masalah ketersediaan produk tetapi juga pada branding.
Sementara itu untuk pasar minuman Teh siap minum atau ready to drink tea, nampaknya minuman dengan merek C2 asal Philipina dapat dikatakan sebagai market leader. C2 yang dijual dalam kemasan PET berukuran kecil ini, konon volume penjualannya mampu mencapai sejuta karton perbulannya. C2 merupakan produk keluaran Universal Robina Corpora (URC) yang dimiliki oleh konglomerat Gokongwei ini mampu mengalahkan raksasa minuman Vietnam Number One yang memiliki banyak produk di berbagai kategori.
Beberapa tahun lalu, kita mungkin masih dapat menemukan minuman Nu Green Tea asal Indonesia di berbagai kota besar di Vietnam, namun kini produk itu sudah tak ditemukan lagi disana.
Seperti layaknya saat Lebaran di Indonesia, pada saat perayaan Tet festival, penjualan minuman dapat dikatakan melonjak. Hampir sebagain produsen mengeluarkan seasonal packaging yang relevan dengan perayaan itu. Pada saat itu, minuman wintermelon (buah kundur) merupakan pilihan utama. Mereka biasanya membeli produk minuman untuk dinikmati bersama sama keluarga atau handai taulannya.

Rabu, 23 Juni 2010

Perang Cola di Indonesia



The Cola War tentunya sudah tak asing lagi bagi para pemerhati masalah pemasaran, karena hal ini seringkali dibahas dalam text book marketing ataupun sebagai artikel di majalah majalah bisnis. The Cola War merupakan kisah klasik perseturuan antara Coca Cola dan Pepsi Cola yang terus berlangsung lebih dari setengah abad yang lalu. Pada awalnya bermula di negeri Paman Sam, namun terus bergulir ke berbagai belahan dunia. Di Indonesiapun Perang antara dua pemain raksasa AS itupun juga berlangsung, meskipun tidak segencar di negara paman Sam tersebut.

Pertempuran antara Coca Cola versus Pepsi Cola di Indonesia , tidaklah segencar di AS, hal ini disebabkan karena kedudukan keduanya yang sangat tidak seimbang. Kedudukan Coca Cola sungguh lebih kuat. Mereka hadir di Indonesia jauh lebih dahulu ketimbang Pepsi Cola. Area distribusinyapun juga jauh lebih merata. Fasilitas produksi Coca Cola juga tersebar di beberapa wilayah Indonesia, sementara itu, Pepsi Cola hanya memiliki dua fasilitas produksi, itupun juga hanya terletak di Pulau Jawa. Investasi komunikasi pemasaran Coca Cola juga jauh diatas Pepsi Cola. Bahkan dalam beberapa tahun belakangan ini, Iklan TV Pepsi Cola dapat dikatakan telah absen dari layar kaca kita. Dapatlah dikatakan bahwa di atas kertas Coca Cola hampir mengusaai sebagian besar front pertempuran, namun Pepsi Cola tidak lah tinggal diam. Dengan segala keterbatasannya, Pepsi Cola mencoba untuk memenangkan pertempuran pertempuran melalui berbagai manuver, misalnya melalui peluncuran produk baru (new product launch).
Di Indonesia, Pepsi Cola tercatat beberapa kali meluncurkan beberapa produk variant baru, yaitu Pepsi Twist, yang merupakan minuman Cola dengan sentuhan rasa lemon. Memang ada kebiasaan konsumen untuk memberikan tambahan lemon pada minuman teh. Hal ini nampaknya ditangkap oleh produsen minuman Cola ini, sehingga mereka meluncurkan Pepsi Twist ini.

Selanjutnya adalah Pepsi Blue yang diluncurkan sekitar tahun 2003. Sesuai dengan namanya, Pepsi Blue merupakan Cola pertama didunia yang memiliki warna biru. Saat diluncurkan produk ini sangat menarik perhatian konsumen karena warnanya yang unik mirip spiritus. Berdasarkan informasi dari pihak Pepsi Cola Indonesia (baca PCIB), kinerja Pepsi Blue cukup berhasil. Konon kabarnya mampu untuk membuat konsumen yang terbiasa mengkonsumsi Coke untuk berpaling. Berdasarkan pengamatan penulis, bahkan popularitas Pepsi Blue mampu mengungguli Pepsi Cola Reguler. Hingga saat ini produk ini masih bertengger dengan baik di gerai gerai modern trade.

Di tahun 2006 saat menjelang Piala Dunia, Pepsi Cola juga meluncurkan Pepsi Gold, yaitu produk Cola yang memilik warna kuning keemasan seperti minyak goreng, yang diluncurkan sebagai upaya untuk menarik perhatian konsumen penggemar sepakbola. Meski saat itu Piala Dunia disponsori oleh Coke, namun Pepsi Cola dengan cerdik mampu menarik perhatian konsumen, khususnya di pasar modern saat peluncuran prioduk ini. Materi komunikasinya menampilkan berbagai pemain bola dunia yang memang dikontrak oleh Perpsi International, sepeti David Beckham, Ronaldinho, Henry dsb.

Sementara itu di tahun 2008, Coca Cola Indonesia meluncurkan Coca Cola Zero secara besar besaran. Dengan claim Great Coca Cola Taste, Zero Sugar, produk ini cukup sukses menggebrak pasar Cola. Minuman Cola dengan kemasan/ label berwarna hitam tersebut menawarkan zero sugar, sehingga konsumen tak perlu khawatir akan pengaruh negatif "gula" yang berlebihan dalam minuman cola. Memang saat ini di banyak negara, minuman berkarbonasi/Cola banyak diklaim sebagai penyebab obesitas di kalangan anak anak ataupun remaja.

Sementara itu, bila kita lihat di medan distribusi, khususnya di traditional channel, dapat dikatakan bahwa Coca Cola mengusasai hampir 100% saluran tradisional. Bahkan saat ini sudah sangat sulit sekali menemukan Pepsi Cola kemasan Botol beling (returnable glass bottle) di jalur ini. Sementara itu disisi lain, kita dapat melihat betapa gencarnya Coca Cola menyebarkan cooler atau pendinginnya di berbagai outlet. Bahkan penyebaran lemari pendingin ini tak terbatas pada outlet yang menjual makanan atau minuman, bahkan juga menyebar ke outlet lain di tempat strategis. Bahkan penulis menemukan pendingin Coca Cola di outlet penjual ikan hias, penjual bunga, bahkan tempat penampungan barang bekas ! Sungguh luar biasa cara Coca Cola mengakuisisi pelanggan baru.

Sementara itu di channel on premise perang antara kedua minuman ini juga cukup gencar, karena biasanya di channel ini pihak pengelola menerapkan eksklusifitas merek di outlet mereka, yaitu mereka hanya menjual 1 brand per kategori saja di seluruh gerai gerai mereka. Di channel ini, biasanya para pemain minuman juga akan dikenakan marketing fund untuk mempromosikan minuman mereka kepada konsumen outlet tersebut. Coba kita tengok, di bisnis fastfood international, bilamana Pepsi Cola dijual di Kentucky Fried Chicken (KFC), Texac dan California Fried Chicken (CFC), maka Coke juga menguasai Pizza Hut, McDonalds, Wendys dan AW. Disisi lain, saat ini Coke telah menguasasi sepenuhnya jalur Cinema. Bila beberapa tahun lalu Coke hanya dijual di Blitz Megaplex, maka kini kita dapat menemukan Coke juga di gerai Cinema 21. Padahal sebelumnya selama beberapa tahun Produk Pepsi Cola-lah yang tersedia disana. Coke juga terlihat secara mantap menguasai berbagai tempat rekreasi publik.

Pertempuran cukup seimbang di jalur pasar modern, karena availability Pepsi Cola cukup dapat mengimbangi keberadaan Coca Cola. Bahkan kedua belah pihak nampak saling adu kreatifitas melakukan promosi untuk memikat konsuimen, mulai dari diskon harga, memberikan gimmick/merchandising hingga undian berhadiah. Kreatifitas Coca Cola dalam promosi di modern market patut dipuji, karena mampu melakukan berbagai promosi yang bertbeda secara berkesinambungan, mulai dari menawarkan gelas cantik, melakukan co promo dengan berbagai gerai fast food yang menjadi outlet Coca Cola, misalnya dengan AW ataupun Pizza Hut, hingga undian menghadiri acara Piala Dunia.

Yang terpenting, bagaimanapun dahsyatnya pertempuran antar pemain Cola di Indonesia, yang diuntungkan tentu saja konsumen, karena mereka seolah dimanjakan oleh produsen.

Perkembangan Minuman Cup di Indonesia


Beberapa tahun lalu, katakanlah di awal tahun 2000an, bila kita ingin mencari minuman dalam kemasan cup, mungkin hanya air mineral saja yang dapat kita temukan. Namun beberapa tahun belakangan ini , minuman dalam kemasan itu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kini tak lagi air mineral yang dapat kita temukan, tetapi juga minuman dengan rasa teh, minuman rasa buah buahan (fruit flavored drink), minuman jelly dan sejenisnya (jelly drink), bahkan minuman rasa kopi dapat kita temukan dengan mudah.


Berbagai merek juga terus bermunculan, baik yang diproduksi secara industri rumahan, maupun yang diproduksi secara massal dengan sistem pengelolaan fabrikasi. Membesarnya minuman dalam kemasan ini, sebenarnya tidak lepas dengan adanya krisis ekonomi, karena pada saat itu, minuman ini menawarkan suatu konsep minuman siap minum dengan harga yang relatif murah dan terjangkau bagi semua kalangan, khususnya bagi kelas menengah bawah.
Saat ini minuman dalam kemasan cup dapat kita peroleh dengan dengan harga antara Rp. 500 - Rp. 1000. Coba bandingkan dengan kemasan botol beling yang rata rata harga jual ke konsumennya (CBP) sekitar Rp. 2500 - Rp. 3000. Sementara itu, minuman kaleng dan PET harga jualnya seringkali diatas Rp. 4000. Harga yang relatif sangat terjangkau ini, menyebabkan konsumen meminati produk kemasan cup. Selain itu kemasannya yang simpel, dengan volume sekali minum, ringan mudah dibawa bawa juga menjadi penyebab, mengapa konsumen memilih minuman dalam kemasan ini.

Kalau pada awal kemunculannya, minuman cup hanya diproduksi oleh industri rumahan saja, kini pemain pemain food & beverages lokal dan international telah melirik kategori minuman cup. Kalau pada awalnya di Jabodetabek dan sekitarnya, hanya didominasi oleh minuman Zhuka dan Arinda, kini banyak merek besar telah hadir di kancah minuman ini. Merek Frutang dari Tang Mas, tentunya tak boleh dilupakan. Dengan iklannya yang cukup gencar di awal kemunculannya, Frutang sempat menjadi market leader di kategori fruit flavored cupdrink. Demikian juga dengan Mountea dari Garudafood, turut menyumbang berkembangnya kategori minuman teh cup. Mountea juga menjadi pelopor munculnya kemasan cup yang dicetak (printed cup). Wingsfood, dengan Ale Ale-nya juga turut merubah peta minuman cup di Indonesia, dengan promosi yang gencar, bukan hanya di iklan TV, tetapi juga melalui promosi undian "gosok-gosok" berhadiah yang sempat membuat konsumen menjadi demam gosok gosok berhadiah.

Sementara itu Pepsi Cola juga tak mau ketinggalan dengan meluncurkan produk Fruitamin yang memelopori kemasan cup dengan menampilkan visual selebritis dalam kemasan cupnya. Fruitamin menampilkan Nia Ramadhani , artis sinetron (yang kini menjadi menantu Aburizal Bakrie) dalam kemasannya. Sementara itu untuk Tekita, kemasannya menampilkan VJ Daniel dan VJ Cathy.

Setelah Fruitamin dan Tekita, barulah Teh Gelas dari Orang Tua Group menampilakan band Changcuters pada kemasannya. Namun dari sisi Grafis penampilan Fruitamin dan Tekita lebih memikat.

Jadi kini pasar minuman cup tak lagi dimiliki oleh industri rumahan, tetapi industri besar telah masuk kedalamnya, karena mereka tahu bahwa kemasan ini saat ini masih merupakan kemasan yang paling terjangkau oleh mayoritas masyarakat di Indonesia. Kita lihat saja episode berikutnya, saat industri besar saling berkompetisi merebut konsumen. Semoga saja saat gajah berperang melawan gajah, pelanduk tak mati di tengah tengah.

Sabtu, 19 Juni 2010

Gerai Penjualan Minuman di Indonesia



Bila kita melihat Channel (saluran/gerai) penjualan minuman di Indonesia, mungkin kita membaginya ke dalam 3 kategori besar, yaitu tradisional trade, modern trade dan on premise. Traditional trade meliputi penjualan di gerai gerai tradisional seperti PK 5, asongan toko P&D dan sebagainya. Sementara itu Modern trade diwakili oleh penjualan di gerai gerai modern seperti mini market, supermarket ataupun hypermarket. Sedangkan On Premise, merupakan segala bentuk penjualan di tempat tempat tertentu seperti hotel, restoran, cafe, tempat rekreasi dsb.

Sebagai negara berkembang, tentunya jumlah outlet tradisional masih menempati posisi pertama, lalu diikuti oleh channel modern dan tentunya baru oleh premise. Namun saat ini pertumbuhan penjualan di modern trade dan On premise sedemikian pesatnya, sejalan dengan terus berkembangnya kedua channel ini dari waktu ke waktu. Kita dapat melihat disekeliling kita betapa menjamurnya gerai gerai mini market seperti indomaret dan alfa maret di lingkungan kita. Dalam satu kompleks perumahan, kita dapat menemukan beberapa gerai tersebut dalam jarak yang tidak terlalu berjauhan. Demikian juga dengan Channel On Premise, kita juga dapat melihat munculnya banyak gerai resto baru, baik franchise yang bersifat lokal, seperti klenger burger, bakmi gajah mada, maupun franchise international seperti Kentucky Fried Chicken ataupun McDonalds di sekeliling kita.

Masing masing gerai di atas tentunya memiliki primadona produk masing masing. Bilamana di traditional trade, nampaknya minuman dalam kemasan botol beling (retunable glass bottle) dan minuman dalam kemasan cup dapat kita lihat mendominasi gerai tipe ini. Sementara itu di modern market, kemasan PET dan kaleng cukup berjaya. Uniknya untuk on premise, sangat bergantung kepada tipe outletnya. misalnya untuk gerai berlisensi international seperti KFC/McD, minuman berkarbonasi (Carbonated Softdrinks/CSD) seperti Pepsi Cola ataupun Coca Cola seringkali menjadi pilihan utama konsumen. Produk softdrinks ini disajikan secara langsung melalui mesin fountain. Namun disisi lain ada juga gerai on premise yang menawarkan minuman dalam kemasan teh maupun air mineral dalam kemasan botol beling ataupun PET.