Selasa, 12 Februari 2013

Branding Dalam Bisnis Minuman




Minuman sebagai salah satu produk Fast Moving Consumer Goods, memang pantas untuk melakukan branding dimanapun, karena minuman bersentuhan langsung dengan need konsumen, yaitu sebagai penghilang rasa dahaga. Berkaitan dengan urusan dahaga, memang tidaklah mengenal tempat. Semua orang pasti butuh minuman, tak mengenai apakah ia seorang pengusaha dengan status ekonomi sosial kelas A++ ataupun seorang penyapu jalan di kelas E. Karena itulah maka produsen minuman berlomba lomba untuk melakukan branding dimanapun tempat yang mereka anggap strategis.

Di Indonesia, perang branding di industri minuman tak kalah serunya dengan perang branding di industri rokok. Bila pemain industri rokok saling berlomba dalam memasang billboard atau melakukan pemasangan papan nama toko atau mengecat toko P&D, maka produsen minuman juga berlomba untuk melakukan branding di berbagai lini. Di outlet tradisional pinggir jalan mereka memberikan alat alat penjualan kepada para pedagang, mulai dari tempat es baik berupa box ataupun lemari pendingin. Juga perlengkapan berupa pushcart beserta payung parasol dan uniformnya. Sementara itu di tempat makan mereka bersaing memberikan branding berupa taplak meja, tempat tissue, daftar menu, seragam buat pelayan dsb.

Perang juga tak terbatas pada outlet, biasanya truk distribusi juga dihias dengan semacam truck back panel dengan aneka informasi seputar produk (biasanya produk baru atau program promosi). Selain itu, mereka juga tak segan segan membagikan cover ban serep kepada konsumennya, baik secara cuma cuma ataupun sebagai merchandise saat promosi.

Para pemasar dari berbagai brand akan adu cerdik dalam memanfaatkan space atau ruang untuk melakukan branding. Saat ini, meskipun banyak pemain di pasar minuman Indonesia, namun hanya sedikit sekali yang mau investasi besar besaran untuk branding. Karena biaya branding sangatlah mahal, bila coverage product tersebut sangat luas. Kalau kita lihat, hanya pemain besar yang mampu untuk konsisten dalam branding. Seperti telah disebutkan di atas, bahwa peralatan branding juga sangat beraneka ragam yang disesuaikan dengan medan yang akan dibranding.

Beberapa tahun lalu saat  Pepsi Cola Indonesia masih eksis di pasar, perusahaan ini cukup aktif dalam melakukan branding bagi produknya seperti : Pepsi Cola, Tekita dan Fruitamin. Setiap ada peluncuran produk baru pasti mereka akan memasang materi promosi di outlet strategisnya. POS material yang mereka produksi juga memiliki design yang menarik, maklum karena brand ini memang terkenal sering menggunakan endorser para celebritis. Apabila Pepsi melakukannya secara sederhana, nampaknya agak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Coke. Mereka tak segan segan untuk memberikan fasilitas lengkap bagi para outletnya. Mereka memberikan pendingin elektrik, payung beserta atribut lengkap POS material. Coke pada waktu itu seolah kalap dalam menghadapi serbuan Sosro. Mereka ingin ekspansi titik penjualan minumannya, alhasil dengan memberikan kulkas ini mereka mampu membuat toko toko non minuman menjadi titik penjualan Coca Cola yang baru.

Saat ini di Jabodetabek, kita mulai merasakan geliat BIG Cola dalam melakukan branding secara gerilya, perlahan lahan mereka mulai membagikan kotak pendingin dan flag-chainnya. Seperti halnya dalam peperangan, POS material ini seolah memberi isyarat bahwa titik yang bersangkutan dikuasai oleh mereka. Akankah Coca Cola yang salama ini tak memiliki lawan di kategori minuman berkarbonasi, sejak punahnya Pepsi di pasar tradisional akan segera menggilas lawan kecilnya ini ?

0 komentar:

Posting Komentar