Senin, 20 September 2010

Maraknya Minuman Susu Cair Dengan Harga Ekonomis



Dua Tahun belakangan ini, persaingan di bisnis minuman susu cair semakin marak. Langkah inovatif yang dilakukan oleh Real Good dengan kemasan susu bantalnya yang ekonomis nampaknya berhasil menggenjot pasar susu yang terkesan tak berkembang selama beberapa tahun itu. Dalam gebrakannya kala itu, susu Real Good yang diproduksi oleh PT. Greenfields Indonesia meluncurkan suatu produk yang dikemas dalam kemasan tetra yang bentuknya menyerupai bentuk bantal. Kemasan ini diproduksi oleh Tetra Pak. Jenis kemasan ini disebut sebagai Tetra Fino. Konon karena harganya jauh lebih ekonomis ketimbang jenis kemasan tetra lainnya, seperti Tetra Brik (kemasan kotak) ataupun Terta Wedges (kemasan genggam), maka produk yang dikemas dalam kemasan ini memungkinkan untuk dijual dengan harga lebih ekonomis ketimbang kedua kemasan Tetra lainnya.

Langkah Real Good yang cukup cerdik ini tentunya membuat para pemain lama di bisnis susu cair tak tinggal diam. Dalam hitungan beberapa bulan saja, PT. Ultrajaya Milk Industry, juga meluncurkan susu yang dikemas dalam bentuk kemasan yang sama, yang diberi brand sebagai Susu Sehat. Pemain sus cair lain yang berasal dari Belanda yaitu Susu Bendera (Frisian Flag) pun tak tinggal diam, melalui second brandnya, yaitu Yes!, juga meluncurkan produk yang sama. Hanya Indomilk yang nampaknya masih enggan untuk terjun ke bisnis susu dengan kemasan Tetra Fino ini.

Selain kemasan, tentunya berat bersih produk juga memegang peranan penting dalam masalah penetapan harga. Karena itu, ketiga produsen ini, hanya memuat volume dibawah 200 ml. Hanya Susu Sehat dari Ultrajaya saja yang menawarkan on pack promotion berupa tambahan 10% dari beras bersih yang 180 ml. Beberapa saat lalu, bahkan Real Good secara spektakuler juga meluncurkan kemasan bantal mini yang hanya memiliki berat bersih hanya 90 ml dengan HET dibawah Rp. 1000.

Mengingat susu identik dengan Gizi, baik Real Good, Susu Sehat dan Yes!, ketiganya mengklaim produk susunya mengandung Zat Mineral dan Vitamin yang ditampilkan melalui icon di panel depan kemasannya. Dalam kemasannya itu, nampak Real Good yang paling dominan mengklain kandungan gizinya itu dalam bentuk icon yang besar dengan tulisan yang mencolok. Namun demikian tidak semua produsen menggunakan susu tersebut menggunakan gula asli sebagai pemanisnya, ada yang menggunakan pemanis buatan berupa Asesulfam K.

Semoga dengan semakin maraknya bisnis susu cair ekonomis ini, akan membuat semakin banyak anak Indonesia yang dapat menikmati produk susu dan susu tidak lagi menjadi minuman sehat bagi hanya anak anak kelas menengah atas saja.

Rabu, 01 September 2010

Sekilas Minuman Rootbeer



Kesan awal bila kita mendengar kata Rootbeer mungkin kita akan mengira bahwa nama itu merupakan salah satu jenis bir. Memang konon penamaannya demikian karena pada awal awal munculnya minuman ini memang mengandung alkohol. Ada pula yang menyatakan bahwa meskipun minuman ini tak mengandung alkohol, namun saat dituangkan seringkali mengandung buih yang banyak seperti layaknya minuman bir, sehingga dinamakan rootbeer

Rootbeer merupakan minuman yang dibuat dari ekstraksi akar tanaman sasafras. Di berbagai negara jenis tanaman yang menonjol sebagai bahan pembuat rootbeer adalah sarsaparilla, hingga ada juga yang menamai produk ini sebagai minuman rasa sarsaparilla.

Di Amerika, jenis minuman ini sangatlah populer, konon terdapat ratusan merek produk rootbeer. Namun yang sangat populer antara lain A&W, Barq rootbeer, Mug serta Dads Rootbeer.

Sementara itu, di Indonesia minuman ini dapat dikatakan kalah populer bila dibandingkan dengan minuman berkarbonasi dengan rasa cola ataupun rasa buah buahan. Peta minuman rootbeer di Indonesia saat ini masih dikuasai oleh merek A&W yang dimiliki oleh Schweppes Holding Limited dan diproduksi oleh Coca Cola Bottling Indonesia. Uniknya merek A&W dalam kemasan kaleng itu tidak sedikitpun mengklaim sebagai minuman rootbeer, tetapi mereka hanya menjelaskan sebagai minuman rasa Sarsaparila. Hal serupa juga dilakukan oleh pemain rootbeer asal Singapura yaitu F&N, yang di Indonesia menggandeng PT. Polari Limonusa sebagai prinsipal atas merek tersebut. Penggunaan kata Sarsaparila atau Sarsi, konon dimaksudkan sebagai strategi agar mendapatkan label halal. Konon bilamana menggunakan kata rootbeer yang berkonotasi sebagai bir, maka logo halal tak akan dikucurkan oleh MUI.

Pemain lain yang masih eksis antara lain : Navika beverages dengan mereka Navika Rootbeer dan PT. Kreasi Mas Indah yang cukup unik jg meyediakan produk dalam kemasan botol beling kecil. Beberapa tahun lalu merek Mirinda dari Pepsi Indonesia juga sempat memiliki Mirinda Rootbery, namun saat ini sudah tidak kelihatan ada di pasar

Visual Selebritis Dalam Kemasan Minuman



Dalam artikel sebelumnya, kita telah pernah membahas peranan selebritis dalam bisnis minuman, kali ini kita akan mengupas lebih lanjut mengenai Penggunaan visual selebritis dalam kemasan minuman.

Dengan semakin berkembangnya teknologi printing baik di mesin printing untuk kemasan kaleng, kemasan plastik pembungkus (wrapper), semacam sleeve ataupun kemasan cup, maka kreativitas para marketer dalam membuat design atraktif akan semakin terbuka lebar.

Penampilan visual selebritis dalam kemasan tentunya akan membuat penampilan produk akan semakin menarik. Diharapkan dengan adanya visual ini bukan hanya akan mengasosiasikan produk dengan sang selebritis, tetapi juga akan memiliki Value yang lebih tinggi. Selain itu, diharapkan juga akan mendorong konsumen untuk mengkoleksi kemasan ini secara lengkap, bilamana visual kemasan lebih dari satu, karena biasanya kemasan edisi selebritis hanya akan diproduksi dalam jangka waktu tertentu saja.

Didalam kategori minuman ringan berkabonasi, kedua pemain cola besar dunia, seperti Pepsi Cola dan Coca Cola termasuk sering menampilkan selebritis dalam kemasanya. Kedua brand yang ditujukan bagi pasar kawula muda itu, paham betul bahwa mereka harus selalu menampilkan kedinamisan dalam kemasannya. Kedua pemain Cola itu seolah bersaing dalam menggunakan selebritis sebagai endorser bagi brandnya. Di berbagai negara seperti misalnya di negara begara Eropa dan Thailand, keduanya nampakn berlomba dalam menampilkan kemasan dengan visual seleb, baik selebritis tingkat dunia maupun tingkat lokal. Selebritis yang ditampilkannyapun biasanya merupakan artis musik atau olahragawan (khususnya pemain sepakbola).

Di Indonesia, Coke sangat jarang menampilkan visual selebritis didalam kemasan , berbeda dengan apa yang terjadi di luar-negeri. Di Indonesia Coke tercatat pernah menampilkan visual pemain olahraga Indonesia yang memiliki prestasi dunia pada peringatan 50 tahun Indonesia merdeka. Coca Cola juga pernah menampilkan pemain sepakbola asal Ingris,Roney dalam kemasannya.
Sementara itu, Pepsi Cola Indonesia terlihat cukup rajin dalam mengeluarkan kemasan edisi selebritis, tidak satupun yang menampilkan selebritis lokal, semuanya selebritis global. Beberapa kemasan selebritis yang pernah diluncurkan Pepsi Cola di Indonesia antara lain kaleng dengan visual Grup musik Blue, Enrique Iglesias (penyanyi dan putra Julio Iglesias), David Beckham (2006) dan yang terbaru adalah penampilan Lampard pada masa world cup 2010.

Penampilan visual selebritis dalam kemasan, ternyata tidak hanya didominasi pemain minuman ringan berkarbonasi saja, tetapi juga terjadi pada minuman dalam kemasan cup.
Tercatat Brand Fruitamin secara terus menerus menampilkan selebritis sejak 3 tahun yang lalu. Tercatat, Fruitamin menampilkan Christian Sugiono dan Nia Ramadhani. Sementara itu Tekita yang dahulu tampil dalam kemasan botol besar 300 ml ini, kini juga menampilkan VJ Daniel dan Cathy Sharon dalam kemasan cup bervolume 200 ml. Kedua brand tersebut yang diproduksi oleh Pepsi Cola Indobeverages ini nampaknya sangat percaya bahwa penampilan selebritis dalam kemasan dapat mendongkrak penjualan produk produknya itu.
Sementara itu Teh Gelas dari Orang Tua Grup, lebih kurang tahun 2009 pernah meluncurkan kemasan dengan visual personil grup Changcuters. Berbeda dengan Tekita, Teh Gelas hanya menampilkan Changcuters untuk periode yang tidak terlalu lama.